Rabu, 28 Januari 2015

1. Individu
  • Membentuk Kepribadian Muslim yang integral
Kepribadian yang memenuhi 10 Muwashowat Tarbiyah
  1. Salim Al-Aqidah(bersih akidah)
  2. Shahih Al-Ibadah (lurus ibadah)
  3. Matin Al-Khuluq (kukuh akhlak)
  4. Qadir ‘ala Al-Kasb (mampu mencari penghidupan)
  5. Mutsaqaf Al-Fikr (luas wawasan berpikirnya)
  6. Qawiy Al-Jism (kuat fisiknya)
  7. Mujahid Linafsih (pejuang diri sendiri)
  8. Munazham fi Syu’unih (teratur urusannya)
  9. Haris ‘ala Waqtih (memperhatikan waktunya)
  10. Nafi’ li Ghairih (bermanfaat bagi orang lain)
  • Membentuk Kepribadian Da’iyah
Islam tidak menuntut seseorang shalih secara pribadi tetapi juga ia harus mampu membuat shalih lingkungannya. Apalagi, dalam sejarah Islam, jelas sekali para wanita muslimah generasi pertama—zaman Rasulullah—pun turut berdakwah.
  • Memberikan Pelatihan Aktivitas dan Mendapatkan Pengalaman
Tarbiyah bukan hanya forum kajian keilmuan, akan  tetapi ia juga merupakan praktek lapangan. Akhwat dilatih untuk menunaikan tugas dakwah, sejak melakukan dakwah fardiyah, melakukan dakwah umum kepada masyarakat, dan dakwah khusus dengan membina akhwat lain. Caranya, dengan melibatkan akhwat muslimah ke dalam kepanitiaan atau organisasi.
  • Mendapatkan Keterampilan Praktis
Para akhwat muslimah hendaknya dibekali dengan keterampilan teknis dan praktis. Keterampilan teknis seperti keterampilan rumah tangga: memasak, menjahit, menata rumah, pertolongan pertama pada kecelakaan, dll, penting diberikan kepada akhwat muslimah. Keterampilan praktis seperti komunikasi politik, berorasi, menyampaikan pendapat, mengkritik, menyusun argumen, bahkan membuat dan menyampaikan makalah pun penting diberikan kepada akhwat muslimah. Walaupun tidak semua akhwat muslimah terjun ke ranah politik tetapi semua akhwat harus memiliki kesadaran dan kepekaan politik.
Penguasaan akhwat muslimah terhadap teknologi pun diharapkan mampu dipenuhi sebagai salah satu hal yang mempermudah gerak dakwah di lapangan. 

2. Keluarga
Mendapatkan Suami Muslim yang Mendukung Dakwah
Tarbiyah bagi akhwat muslimah diharapkan mampu mengarahkan proses pernikahan yang sesuai kaidah syariat dan kemaslahatan dakwah. Akhwat muslimah bisa mendapatkan pria yang mendukung dakwah dan mengoptimalkan berbagai potensi positif setelah menjalani kehidupan berumah tangga.
  • Membentuk Keluarga yang Dipenuhi Bimbingan Islam
Keluarga menurut Hibbah Rauf Izzat adalah unit yang angat mendasar di antara unit-unit pembangunan semesta. Oleh karena itu, pembentukan keluarga yang didirikan di atas motivasi ibadah membutuhkan pengelola yang memahami bahwa mereka sedang membangun peradaban besar. Subhanallah.
Dengan tarbiyah, diharapkan akhwat muslimah dapat menyadari posisi, peran, dan tanggung jawab dalam rumah tangga.
  • Membentuk Keluarga yang Terlibat Amal Islami
Sejak sebelum menikah, akhwat muslimah sudah diarahkan proses tarbiyah untuk aktif terlibat pada amal islami. Setelah menikah dan berkeluarga, tarbiyah tetap mengarahkan akhwat muslimah untuk mengambil peran signifikan dalam upaya perbaikan masyarakat.
Tarbiyah bukan saja sebuah proses yang mendidik orientasi, namun juga mengembangkan ilmu dan keterampilan akhwat muslimah untuk mengambil peran dalam amal islami bersama dengan semua anggota keluarga.
3. Masyarakat
  • Menumbuhkan Kepekaan Hati dan Jiwa Sosial
Dengan tarbiyah, akhwat muslimah diharapkan tanggap pada problematik sosial kemasyarakatan sehingga mampu mengambil peran dlaam perbaikan masyarakat. Adapun cara yang bisa ditempuh adalah dengan bersosialisasi dengan lingkungan, mengakses banyak media, dan membuka diri terhadap informasi.
  • Mempersiapkan Akhwat untuk Peran Peradaban
Menurut hadits riwayat Muslim, Zainab binti Jahsy bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah kami akan binasa juga sedang ada di antara kami ada orang-orang yang masih melakukan kebaikan?”
Rasulullah menjawab: ” Ya, apabila kejahatan telah merata.”
Akhwat muslimah bukan saja rahim tempat bersemayamnya para pemimpin tetapi juga sebagai pendidik para pelaku sejarah dari zaman ke zaman. Oleh karena itu, ia lebih dari sekedar pelaku sejarah itu sendiri.
Peran peradaban yang harus ditunaikan akhwat muslimah adalah melahirkan dan mendidik generasi berkualitas, terlibat dalam urusan sosial, politik, ekonomi pemerintahan, menunaikan kewajiban dakwah, dan amar ma’ruf nahi munkar.
  • Mempersiapkan Akhwat untuk Peran Kepemimpinan
Wanita boleh dijadikan pemimpin. Menurut Ibnu Hazm, salah satu ulama madzhab Hambali, dalam kitab Al-Muhala ia berpendapat bahwa jabatan yang tidak boleh diserahkan kepada wanita hanyalah ri’asah ad-daulah atau pemimipin negara.
Tarbiyah islamiyah mencetak bukan saja kader tetapi pemimpin yang memiliki potensi dan keterampilan dalam memimpin. Dengan demikian, para akhwat harus disiapkan untuk mengemban amanah kepemimpinan dalam berbagai urusan, khususnya yang menyangkut permasalahan kewanitaan.
4. Dakwah
  • Memenuhi Sumber Daya Akhwat Berkualitas di Berbagai Bidang
Islam yang universal menuntut dakwah yang integral—dakwah yang menyentuh semua lini kehidupan—sehingga dibutuhkan kompetensi kritis di berbagai spesialisasi ilmu yang tidak mungkin terhimpun hanya pada satu orang.
Dakwah tidak hanya memerlukan ustadz dan ustadzah yang memiliki kapasitas dan menguasai ilmu-ilmu syariat tetapi dakwah pun memerlukan kehadiran dokter, politisi, ekonom, teknolog, praktisi hukum, farmasis. ahli pertasnian, jurnalis, pekerja seni-sastra-budaya dan lainnya. Oleh karena itu,  dengan tarbiyah diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kualifikasi sumber daya manusia dari berbagai bidang yang diperlukan dakwah, tak terkecuali akhwat muslimah.
Memperluas Medan Dakwah Akhwat
Penyebaran dakwah islam ke seluruh pelosok negeri membutuhkan akhwat muslimah yang memiliki kepribadian islam dan kepribadian aktivis. Oleh karena itu, tarbiyah diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kader dakwah di berbagai wilayah, tidak hanya di perkotaan tetapi juga ke seluruh pelosok negeri.
Mendorong Akhwat untuk Bekerjasama Dakwah dengan Berbagai Perkumpulan Perempuan
Salah satu misi dakwah adalah sebagai pemersatu dari berbagai elemen masyarakat muslim. Dakwah memerlukan partisipasi dari seluruh elemen masyarakat sehingga perlu adanya sinergitas para pelaku dakwah dengan kalangan-kalangan yang telah bergerak lebih dahulu dalam pengabdian masyarakat.
Tarbiyah mendorong para akhwat melakukan upaya perluasan dakwah dengan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak dan mengajarkan untuk menebar kebajikan di setiap tempat di setiap waktu.

Tarbiyah mempunyai tujuan agar peserta memiliki konsep keislaman yang jelas, sehingga mereka dapat berinteraksi dan bergerak dengannya agar mendapatkan pengalaman-pengalaman serta memiliki tanggung jawab dan kemampuan yang baik dalam dakwah.

1. Konsepsi Islam yang Jelas
Dengan mengikuti program-program tarbiyah, diharapkan peserta mendapatkan konsepsi keislaman yang utuh menyeluruh, gamblang, dan benar bahwa Islam adalah pedoman hidup yang mencakup dan mengatur seluruh aspek kehidupan.

2. Interaksi
Konsepsi keimanan yang diberikan dalam tarbiyah bukan sesuatu yang mati. Ia akan melahirkan reaksi dan efek positif ke dalam maupun ke luar.
– Efek ke dalam yaitu ketika konsepsi keislamannya membentuk keyakinan yang melandasi amalnya, membentuk pola fikir sehingga mewarnai pemikirannya, dan mempengaruhi perasaan yang menentukan seleranya. Efek internal ini akan melahirkan tekad yang kuat pada dirinya.
– Efek eksternal dapat dilihat dalam bentuk penampilan sehingga mempengaruhi sikap, melahirkan perilaku dan amal perbuatan. Tampilan luar ini menampakkan kepribadian dan identitas keislamannya.

3. Gerakan
Setelah kepribadian Islamnya terbentuk dan kokoh, konsepsi keislaman itu akan mendorongnya untuk melakukan ekspansi. Bentuk ekspansinya adalah peningkatan diri dalam penguasaan teori dan pengendalian mental sehingga terjadi peningkatan kemampuan. Di samping itu, ia juga akan melakukan perluasan dengan manufer, membangun kader, dan merapikan pengorganisasiannya sehingga dicapai penguasaan dakwah. Itulah gerakan yang produktif.

4. Pengalaman
Apa yang dilakukannya dalam gerakan dakwah itu memberi pengalaman operasional, sehingga dapat menyelesaikan problematika operasional yang sangat berharga. Hal ini akan memberikan kepadanya kekuatan pengalaman.

5. Tanggung jawab
Pemahaman yang baik akan menentukan tingkat interaksinya dengan dakwah, meningkatkan kinerja, menambah pengalaman, dan meningkatkan rasa tanggung jawab syar’i maupun struktural. Tanggung jawab syar’i yang lahir dari pemahamannya terhadap kukum-hukum syariat itu diberikan kepada Allah.
Adapun tanggung jawab struktural, diperoleh dari pemahamannya terhadap dakwah dan diberikan kepada jamaah. Semua itu harus selalu ada agar dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan yang selalu berambah pada tiap-tiap tahapan dakwah. 

6. Kafaah (kemampuan)
Pada akhirnya tarbiyah akan mengantar setiap kadernya untuk menjadi pelopor dalam dakwah dan keilmuan. Disamping kepeloporan di bidangnya masing-masing. Akhirnya setiap kader dakwah akan menjadi referensi bagi masyarakatnya.
Sebagaimana struktur dakwah telah memberikan pelayanan dan tarbiyah kepadanya, setelah matang ia akan melayani dakwah dan menggunakan kemampuan yang telah dicapainya itu untuk kepentingan dakwah dan strukturnya.